

Hyang Suryo Asli pun ikut Ngobrol bila ada Orang banyak Hyang Suryo asli berkata "Monggo dipun salami niki Hyang Suryo.." katanya sambil jempolannya menunjuk pada RM Tjokrohadiningrat Tokoh yang cukup disegani di daerah Blitar, Lain lagi R. Sisworo berkali kali bertemu Hyang Suryo tapi Beliau mengaku bukan Hyang suryo ' Itu baru keluar mobil nya putih cepat , cepat kejar itu tu tu" Sisworo kebingungan lalu mengejar mobil yang ditunjuk, Pernah di Kantor PUSURA [Putra Surabaya] Jl. Yos Sudarso pimpinan Nuralim Tokoh yang disegani di Surabaya, Hyang Suryo berada di Kantor itu sebagai Penasihat dan Guru yang dihormati Nuralim Karena Hyang Suryo Pengasuh Rubrik Budaya Nasional di Koran yang berkantor di PUSURA ini, bahkan surat penggemar sampai Karungan dan dijawab Para Pakar Budaya / Agama Hyang Surya bahkan team ini para ahli Kejawen / Islam / Kristen / Budha / Hindhu dll malah nama Hyang Suryo terkenal tapi orang tidak tahu Orangnya, ada sekelompok Orang ingin bertemu padahal Hyang Suryo sendiri yang diajak berbicara, Lucunya "Kamu tunggu itu Hyang Suryo [ menunjuk Orang Tua Rambut Putih Agak Botak karena rambutnya rontok] nanti selesai rapat silahkan temui" Dan ketika Orang Tua Pinisepuh dari Malang ini keluar ruangan langsung dikerubuti Kelompok Orang tadi hingga masuk mobil pun masih dikejar kejar, Hyang Suryo asli malah tenang tenang tersenyum menahan tawa, Dan untungnya semua komitmen merahasiakan Beliau. Bulan Agustus 2009 Ketika di Jakarta Sopir Hyang Suryo Subowo [ 30 tahun baru ketemu Hyang Suryo] juga heran, Ketika di Restoran Kelapa Gading ada sekumpulan Orang pada menyalami Hyang Suryo, salah satunya duduk di kursi roda Wanita Tua berbaju hitam, Hyang Suryo menyalami Wanita itu sambil berkata "Aduuuh, IK SIN kok begini tua bener sekarang? waah wah wah kapan kita terakhir bertemu ya?" Wanita itu menjawab " ingat, 1964 kamu piknik ke pulau Seribu..eh kamu tetap seperti yang dulu.." si Bowo memang tidak begitu heran, tapi dirinya bangga hanya 30 tahun baru bertemu Hyang Suryo Wanita di Kursi roda tadi malah 45 tahun sejak masih Gadis baru bertemu lagi anehnya Orang ini kok tidak lupa dengan Hyang Suryo bahkan berkata Hyang Surya masih seperti 45 tahun yang lalu, Aneh Tapi nyata. Justru Belakangan Hyang Suryo dekat dengan Orang tapi Orang itu tidak tahu siapa Hyang Suryo, bila tinggal disuatu tempat justru sekitar tempat tidak tahu Hyang Suryo Beliau lebih senang dan bebas Kalau ketahuan yaitu Jadi penuh tamu akhirnya Ramai Bis Bisan datang hingga masyarakat sekitar Makmur tapi akibatnya? malah di tutup oleh Islam karena iri kalau ada Orang dihormati Orang banyak juga Alvatarz keluar iri nya "Aku juga bisa" pikiran otaknya akhirnya bikin komentar tapi itu sah sah saja numpang beken.
"Bahkan Hyang Suryo sendiri, Juga tak pernah berkenan memproklamasikan diri, Siapa sejatinya dia, Setahu masyarakat desa Trowulan dia seorang Pendeta, tidak lebih dari itu POSMO Edisi 354 8-2-2006" [berita lengkap ada di lembar lain],
Hotel Sahid Kuta 2003 ketika Hyang Suryo menginap Hotel sempat panik karena didatangi Rombongan Ratusan Orang membawa Gamelan ingin bertemu Ketika di Hotel Narita Surabaya ada Pegawai bertanya "Bapak yang dsicari Orang se kamung dulu ya di Sahid" dijawab Hyang "Lho kamu kok tahu?" "Saya dulu Pegawai di Sahid Kuta Pak sekarang pindah disini" jawab pria berdasi itu sambil memberikan Kunci Kamar Hotel ke Pengawal Raja Majapahit masa kini itu, Ir Tedi kakak Subowo yang nyopiri Hyang Suryo di Jakarta, Juga 27 tahun mencari Hyang Suryo tidak bisa bertemu dan akhirnya bertemu Hyang Suryo di GWK sampai saat ini Ir Tedi malah tinggal di Bali mambantu Hyang Suryo mendisain Klenteng / Candi, Ir Tedi ini terakhir bertemu Hyang Suryo di Cimahi saat pembanguanan Pura di Cimahi, Ir Tedi waktu itu sempat keliling Bali Mengambil Gambar Pura Pura di Bali untuk di terapkan Pura Cimahi, juga Hyang Suryo mendatangkan Reog Hari jadi kesatu Kotip Cimahai waktu itu Walikota Pertama Drs Sudarna, Ir Tedi ini teman anak Walikota Cimahi yaitu Dani tahun 70 an, demikian Sulit nya Orang menemui Hyang Suryo hingga begitu bertemu lalu membantu Hyang Suryo biarpun ditinggal pergi sekalipun, R Sisworo akhirnya setelah melalui perjalanan panjang akhirnya tahu dan diterima Hyang Suryo kini menjaga Pura / Puro di Trowulan yang Juga Pusat Informasi Majapahit Masa kini,
Yang hebat justru di Bulleleng 2005-2006 Demi terwujutnya Ganesa Tertinggi di Dunia Beliau banyak berada di Kota Singa ini Beliau pernah berkata "Kalau Buleleng ingin Punya Patung Ganesa mirif GWK ya Sungsung Ganesa Majapahit di Buleleng", Pagi Hyang Surya Raja Majapahit Masa Kini sudah rajin di Wantilan Gedung Sasana Budaya Musium Singaraja di temani Gusti Teken Keturunan Tan Whie Khang atau Arya Belog dari Majapahit dan Gusti Keturunan Panji Sakti, juga Mangku Ketua Gedung Kertiya [tempat Lontar Lontar Bali] sambil ngobrol tentang Majapahit, menemui Tamu Yang berkunjung waktu itu Gedung Budaya tempat Nyejer Pusaka itu diberi Merk dari Kain " PURA MAJAPAHIT SINGARAJA" karena Pratima Sudah Melinggih dengan Upacara Ngenteg Linggih maka disebut Pura Majapahit hal ini logis sebab adat Bali yang di Puja, di Odali adalah Pratima, terbukti di Media Bila Pratima suatu Pura hilang di curi Odalan Batal diadakan harus ngulangi dari Nol lagi Upacara nya. Jadi biarpun Pameran Pusaka tapi sudah dianggap Pura Majapahit tempat leluhur ber Stana, Juga di GWK biarpun pertama masuk di Ruko tapi adat Bali Karena Sudah Pratima di linggihkan dan Upacara Ngenteg Linggih di puput Ida Pedanda berarti Pura Majapahit juga, inilah justru tidak dimengerti Orang Bali sendiri yang awam Pura, di bayangkan Pura itu Punya Pelinggih Besar tanah nya Luas, Majapahit di Hancurkan Candi Candi tidak bisa di Upacarai karena dilarang Penguasa Islam waktu itu hingga sekarang, Maka Keturunan Brahmaraja tetap mengupacarai Pratima Leluhur ditaruh PLANGKIRAN atau Pura kecil agar mudah di bawa dan di Upacarai, Hingga Dahyang Nirata Pedanda Wawu Rawuh dari Daha Zaman Sri Wilatikta Brahmaraja V Raja DAHA-JENGGALA-KADHIRI yang menyuruh Para Brahmana Lari ke Bali, Juga Karena pengalaman di Jawa Candi di Hancurkan dan Pelarangan Sembahyang di komplek Pure / Mrajan Agung yang hancur, Maka Dah Hyang Nirata pun mem budaya kan Plangkiran, Jadi Leluhur bisa dipindah pindahkan dengan Pelinggih Mobil yaitu bisa dan mudah dibawa, inilah yang terjadi Karena Pura Majapahit Trowulan ditutup dilarang Ritual dan kegiatan dalam bentuk apapun maka Pratima Leluhur dibawa Bali dengan Plangkiran sama dengan Dah Hyang Nirata karena di Majapahit kekuasaan Islam makin Kuat dan Anti Pelinggih serta Candi yang banyak dihancurkan Jadi Budaya Pelangkiran lebih aman menyelamatkan Pratima dan Mudah di Upacarai dalam Rumah / Klenteng karena jangan mimpi bisa bikin Candi pasti di Hancurkan dan ijin tidak mungkin turun seperti Gereja banyak yang dihancurkan alasan belum ada ijin kalu Nekat ijin alat alat untuk Mengundang memberi Penjelasan dan di Hancurkan inilah Kepandaian Islam dan ini berlaku sampai detik ini padahal sama sama muja Allah Gereja saja sulit apalagi Hindu?,
Bahkan Plangkiran Pura Majapahit Puri Surya Majapahit Plangkiran Budha nya sudah berusia 500 tahun bisa disaksikan kayu nya sudah Keropos kena rayap, tapi tetap dipelihara dan di Cat ulang agar tetap Indah tidak mengurangi ke sakralan karena Plangkiran ini adalah seperti Pura tapi diperkecil, semoga sampai kini Plangkiran itu tetap ada, asal Gusti Latria Adik Pahlawan Let kol Wisnu tidak mengerti lalu diganti Baru, sebab Beliau yang menjaga di Pura itu,-
Demikan kembali ke Hyang Suryo Di Wantilan Musium hingga jam 13.00 siang kemudian pindah ke Rumah nya di Bantang Banua Istirahat atau menemui Khusus Mangku Mangku Sakti di Buleleng yang tidak mengenyam Pendidikan seperti Kuliah dll mereka Bajunya jarang ganti tapi Kuat Ber Tapa nya dan sulit diterima Orang Pendidikan Tinggi karena tidak Nyambung Tapi Hyang Suryo yang juga Kaos nya jarang ganti bisa menyesuaikan diri berbicara Niskala hingga Mangku Mangku ini senang tapi ngumpulnya ya tidak campur dengan para DOKTOR, SH, Drs dll sebab ada sendiri tempatnya, jam 17 pindah Ke Puri Pide dimana Gapura Paduraksa nya termegah di Buleleng Halaman untuk Parkir Luas dan Pantas untuk Raja Majapahit tinggal, Kebetulan depan Pasar dan Pura Desa, sebelah Pura Melanting, Polsek hingga banyak Polisi yang ngayah Nyapu, bikin Kopi dll, di samping nyebrang Puskesmas Sukasada dan letak Puri di Jalan Raya Singaraja-Denpasar disini Beliau menerima Tamu Tamu Pejabat dan Orang Orang penting termasuk President Word Hindu Youth Oganization Gusti Arya Wedakarna, Karl Gunter Meyer Kalla penyandang Dana Ganesa, Dosen Dosen IKIP [ belakangan Ganesa]

Jadi Jawa dan China di Tumpas karena bukan Islam, Mayat nya dibuang ke kali Brantas, dan ada juga yang dikubur massal,


Tidak ada komentar:
Posting Komentar